A Gift
By : Wahyu Indah Lestari
Onew’s POV
Aku berjalan mendekat ke arah kalendarku, ya hari ini tanggal 29 Juli. Telah genap 1 tahun aku tidak bertemu dengannya.
--Flashback on--
Aku dan Minsoo, yeojaku pergi berpiknik bersama. Saat kami duduk bersama di bawah pohon, tiba-tiba Minsoo tak sadarkan diri di bahuku. Aku segera membawanya ke rumah sakit dan segera mengabari orang tua Minsoo. Kata dokter, Minsoo menderita kanker darah sejak 3 tahun lalu. Minsoo-ya, mengapa kau tak memberitahuku ?
Aku sangat mencemaskan keadaan Minsoo, tak lama kemudian kedua orang tua Minsoo tiba di rumah sakit.
“Apa yang kau lakukan kepada anakku, namja bodoh !” bentak umma Minsoo.
Apa yang terjadi sungguh diluar dugaanku, orang tua Minsoo malah menyalahkan aku atas kejadian ini.
“Saya tidak melakukan apa-apa, ahjumma. Tadi tiba-tiba Minsoo tak sadarkan diri”
“Sudah jangan dekati anakku lagi pergi kau dari sini !”
Aku hanya bisa terdiam dan menerima semua ini dengan berat hati, jika aku mengelak pun tak akan bermanfaat. Orang tua Minsoo terlalu menyalahkan aku. Aku pun pergi meninggalkan rumah sakit.
Seminggu berlalu, aku tak juga mendapatkan kabar tentang keadaan Minsoo. Aku memberanikan diri pergi kerumah Minsoo. Tapi yang kudapati hanyalah rumah Minsoo yang kosong ditinggal penghuninya. Aku tak tahu dimana Minsoo berada. Minsoo-ya dimana kau ?
--Flashback off--
1 tahun bukanlah waktu yang singkat. 1 tahun aku harus menanti kembalinya yeojaku. Aku tetap terdiam di depan kalendarku dan air mataku mengalir deras di pipiku.
“Hey apa yang kau lakukan, hyung ?”
Kata seorang namja yang tiba-tiba berada di sampingku. Setelah aku menyadarinya, aku segera menghapus air mataku.
“oh, aku.. aku hanya melihat kalendar”
“Tapi mengapa kau menangis ?”
“Aniyo, aku tidak menangis, Taemin”
“Matamu memerah, hyung. Sudahlah katakan saja padaku, aku ini kan donsaengmu. Apa kau teringat Minsoo noona lagi, hyung ?”
Aku pun tak bisa terus-terusan membohongi Taemin, akhirnya aku pun berkata jujur padanya.
“Ne, Taemin-ah”
“Sudahlah hyung, kau jangan terus-terusan menangisinya. Dia pasti akan kembali walau entah kapan waktunya”
“Tapi sampai kapan aku harus menunggu, ini sudah 1 tahun !”
Kataku kepada Taemin dengan nada yang agak tinggi. Taemin pun menghampirikudan ia memegang bahuku.
“Sabar ya, hyung. Aku tahu perasaanmu tapi kau juga tidak bisa memaksakan keadaan. Aku yakin Minsoo noona paati kembali, nanti pada saat yang tepat”
“Ne, gomawo”
Aku dan Taemin terdiam diatas sofa warna hijau milikku. Setelah beberapa saat, akhirnya Taemin mulai membuka suara.
“ah hyung, besok kan hari ulang tahunmu. Bagaimana kalau kita pergi mencari makan ?”
Aku baru menyadari bahwa besok adalah hari ulang tahunku. Jika besok aku tak dapat bertemu dengan Minsoo, berarti ulang tahun kali ini ulang tahun ke-2 yang kulewati tanpa Minsoo setelah aku dan Minsoo bersama.
“Tidak perlulah. Hyung bisa memasakkanmu jadi tidak usah beli”
“Ah.. sekali saja hyung. Aku kan bosan jika harus memakan masakkanmu terus” kata Taemin dengan sedikit kesal.
“Baiklah jika kau memaksa”
Keesokan harinya, aku dan Taemin menuju kedai ramen milik Hyonim ahjumma. Taemin memesan semangkuk ramen dan aku hanya memesan segelas soda.
“Hyung, mengapa tak makan ? sejak tadi malam kau tak makan“
“Aku tak lapar” jawabku singkat.
“Ehm baiklah, aku makan dulu ya hyung”
Aku pun menunggu Taemin menghabiskan ramennya sambil melihat jalanan sekitar. Tanpa sengaja aku melihat yeoja yang sangat mirip dengan Minsoo. Minsoo ya itu Minsoo..
Aku pun berlari mendekati yeoja tersebut menunggalkan Taemin sendirian di kedai ramen.
“Minsoo-ya.. Minsoo-ya..”
Aku berteriak memanggil yeoja tersebut, namun ia tak mendengar. Aku pun menggapai tangannya lalu ia pun berbalik badan. Namun ia bukanlah yeoja yang kucari, dia bukan Minsoo. Akhirnya aku pun kembali ke kedai ramen dengan sedikit rasa malu.
“Hyung, mengapa kau meninggalkanku ?” tanya Taamin dengan wajah yang cemberut.
“Mianhae, Taemin-ah. Tadi hyung mengejar yeoja yang kukira Minsoo, tapi buka”
“Oh, gwenchanna. Hyung, bayarlah makanan yang kita pesan, lalu kita kembali ke rumah”
“Ne..”
Setelah membayar, aku dan Taemin kembali menuju rumah. Di perjalanan, Taemin selalu meyakinkanku bahwa aku pasti akan bisa bertemu lagi dengan Minsoo.
“Hyung, apa harapanmu di ulang tahun kali ini ?”
“Bertemu dengan Minsoo. Jika itu terjadi, pasti akan menjadi kado terindahku” jawabku singkat.
“Ne, semoga terkabul ya hyung”
“Gomawo, Taemin-ah. Kau telah banyak mensupport ku selama ini, maafkan hyung jika hyung belum bisa membahagiakanmu”
“Aniyo, gwenchanna, hyung. Kau adalah hyung terbaik yang ada di dunia ini”
“Gomawo”
50 meter dari tempatku sekarang adalah rumahku, namun kendaraan yang berlalu-lalang membuat rumahku tak terlihat. Aku dan Taemin terus berjalan dan mempercepat langkah karena saat ini udaranya sangat dingin sekali.
Sekarang aku berada di 10 meter sebelum rumahku, kini rumahku mulai terlihat. Aku terkejut ketika melihat seorang yeoja dengan rambut sebahu berdiri di depan pagar rumahku, aku langsung berlari mendekatinya. Setelah aku sampai di belakang yeoja itu, ia tak kunjung membalikkan badannya.
“Minsoo-ya.. Apa kau Minsoo ?”
Akhirnya yeoja itupun memutar badannya. Sekejap itu juga, aku langsung memeluknya.
“Minsoo-ya, akhirnya kau kembali. Kemana saja kau selama ini ? aku sangat merindukan wajah cantikmu”
“Maafkan aku, oppa. Aku pergi ke Paris untuk menyembuhkan penyakitku. Maafkan aku yang tidak menceritakan hal ini kepadamu, aku tidak mau hubungan kita berakhir maka dari itu aku menyembunyikan semua ini. Mianhae, oppa”
Air mataku mengalir deras, Minsoo merasa sangat bersalah.
“Hubungan kita takkan pernah berakhir sampai kapanpun, Minsoo-ya. Saranghae” kataku sambil mengecup pipi Minsoo.
“Saengil chukkae, oppa. Saranghamnida..”
Aku memeluk Minsoo untuk beberapa waktu. Tanpa sadar aku teringat bahwa Taemin masih berada di seberang jalan. Aku pun melepaskan pelukanku secara perlahan. Aku memutar badanku dan melihat ke arah Taemin, ku lihat dongsaengku ini sedang tersenyum kearahku. Taemin terlihat bahagia melihatku dapat bertemu kembali dengan Minsoo.
Aku pun mengalihkan pandanganku kembali menuju Minsoo. Mata Minsoo yang selalu tersenyum membuatku tidak bisa melupakannya. Aku memegang pipi Minsoo dan berkata
“Jadi, sekarang kau telah sembuh, Minsoo-ya ?”
“Ne, oppa. Walau tak sepenuhnya penyakitku sembuh tapi aku yakin denganmu penyakit ini perlahan pasti akan sembuh”
“Kau tidak akan meninggalkanku lagi kan ?” tanyaku.
“Tidak, oppa. Aku akan menemanimu hingga ajal memisahkan kita” jawabnya sambil tersenyum manis.
Aku memeluk Minsoo kembali, aku sadar Tuhan telah menentukan semua jalan hidup makhluknya. Apa yang dikatakan Taemin kepadaku telah terbukti, semua pasti akan terjadi pada waktunya. Terima kasih Tuhan, telah mempertemukan aku dengan orang sebaik Minsoo dan Taemin...
“Hyung, kau takkan sedih lagi kan ?” teriak Taemin dari seberang jalan.
Aku hanya bisa tersenyum melihat tingkahnya yang selalu bisa membuatku senang. Begitu pula dengan Minsoo, dia hanya tersenyum melihat Taemin seperti itu.
“Taemin-ah, apa kau akan terus berada di seberang jalan ?” kataku pada Taemin.
“Aku akan kesana jika kau berjanji, kau takkan sedih lagi, hyung ?”
“Kalau begitu aku tidak berjanji, kau disana terus saja” gurauku.
“Tunggu hyung, aku kesana, aku tak mau disini”
-The End-
No comments:
Post a Comment