Friday, October 5, 2012

[Cerpen] Promise



            Rene membuka jendela kamarnya, ia memandangi lingkungan sekitar sambil meminum segelas susu. Udara pagi hari yang sejuk membuat Rene melebarkan senyumannya. Pemandangan indah nan asri selalu membuatnya bahagia. Ia menikmati keindahan pemandangan yang dilihatnya.

            “Rene! Kemarilah bermain bersamaku. Ayo berkeliling di taman!” ucap John diluar jendela kamar Rene.
            “Baiklah, tunggu sebentar~.”


            Rene bergegas untuk keluar rumah. Gadis kecil yang cantik ini langsung menemui tetangga sekaligus temannya itu. Rene dan John lalu pergi bersama mengelilingi taman, bermain dalam kegembiraan, dan bersenandung riang bersama. Rene dan John beristirahat sambil berbaring memandangi langitan.

            “John, kau lihat sepasang burung itu?” tanya Rene sambil menunjuk 2 ekor burung merpati yang ada di langit.
             
             “Iya, kenapa?” balas John.
           
            “Berjanjilah bahwa kita akan selalu menjadi sahabat seperti mereka, dan saat aku kembali ke Seoul, kita tetap bersahabat seperti saat ini..” ucap Rene.
            
        Senyuman dari bibir manis John mengembang, “Tentu, kita akan menjadi sahabat selamanya~”
***
            Bunyi alarm membangunkan Rene dari mimpi indahnya, ia baru menyadari bahwa yang ia alami barusan hanyalah mimpi. Rene menghembuskan nafas panjang.

            “Kenapa hal itu ada di mimpiku?” batin Rene dalam hatinya.

            Mimpi Rene membuat ia rindu pada kota kelahirnnya. Keindahan kota itu, kenangannya, udaranya, kesejukkannya sungguh tidak ada duanya. Rene pun menghiraukan mimpinya, mimpi itu hanya membuatnya teringat akan masa kecilnya dan tentunya mengingatkan ia kepada sosok John.

            Rene berjalan mendekat ke jendelanya, ia membuka jendela kamarnya agar sinar mentari dapat memasuki kamarnya. Sungguh keadaan yang sangat berbeda dengan masa kecilnya yang dipenuhi kebahagiaan, di Kota ini saat mata memandang yang ada hanyalah bangunan-bangunan tinggi dan kesibukkan kota. Rene hanya bisa memandangi sekitar dengan kekecewaan.

            “Rene~ Kau sudah bangun?” panggil Robert dari pintu kamar Rene.
             
              “Iya, ayah” jawab Rene, ia langsung berjalan menuju Robert.
           
            “Ayah hari ini akan pulang larut, kamu jaga diri ya. Ikuti pelajaran di sekolah dengan baik” ucap Robert. Rene hanya mengangguk lesu.
           
             “Ayah, kapan kita kembali ke Seoul?” tanya Rene.
           
             “Kenapa Rene? Ayah masih sibuk dengan proyek perusahaan”
          
          “Bolehkah aku kembali ke Seoul sendiri? Aku ingin kesana saat liburan bulan depan” pinta Rene.
              
          “Jangan pergi sendiri, tunggu sampai proyek ayah selesai” jawab Robert sambil memegang bahu Rene.
            
                “Kumohon Ayah, aku sangat ingin ke Seoul...” Rene pun meneteskan air matanya. Ia sangat rindu akan Seoul, kota yang menyimpan berjuta kenangan indah baginya.
           
             “Baiklah”
***
            Pesawat Rene mulai meninggalkan Brazil dan terbang menuju Seoul. Rene duduk didekat kaca sambil berharap bahwa ia dapat menemukan keindahan tanah kelahirannya seperti 12 tahun lalu. Rene mendengarkan lagu dari iPod kesayangannya dan mengikuti penerbangan dengan hati senang.

            Setelah perajalanan selama 10 jam, Rene pun tiba di Seoul. Ia langsung menuju rumah masa kecilnya yang tidak jauh dari bandara. Beberapa menit kemudian, taksi yang Rene tumpangi berhenti di depan sebuah rumah kosong tak terawat. Rene bergegas turun dari taksi, ia terkejut akan keadaan rumahnya itu. Kenangan akan rumah itu silih berganti mendatangi pikiran Rene.

            Rene membuka pagar besi yang sudah berkarat dan berjalan menuju teras rumahnya. Ia membawa kopernya dan meletakkannya di teras. Rene mengamati rumah yang terletak tepat disamping rumahnya. Rumah tersebut nampak masih terawat, Rene pun berjalan menuju rumah tersebut.
            Rene menekan bel yang terletak disamping pagar. Beberapa detik kemudian seorang perempuan keluar dari dalam rumah.

            “Ada apa?” tanya perempuan tersebut.
           
               Rene tidak mengenal sama sekali perempuan itu, “Apa benar ini rumah John?” tanya Rene.
           
               “Hmm? John? Sepertinya anda salah rumah” jawab perempuan itu.
             
               “Apa anda sudah lama tinggal disini?”
           
              “Sekitar 2 tahun lalu”
             
             “Baiklah, terima kasih..” ucap Rene.

            Rene berjalan meninggalkan rumah yang dulu ditinggali oleh John. Ia mengambil kopernya dan berjalan menuju taman yang dulu sering ia kunjungi bersama John. Rene berjalan sambil mengamati lingkungan sekitarnya yang tidak jauh berbeda dengan keadaan yang dulu. Beberapa menit kemudian, Rene pun tiba di taman, ia berjalan menuju tempat dimana dulu ia dan John selalu duduk bersama.

            “Tempat ini masih sama seperti dulu..” ucap Rene pelan.
          
          Rene pun duduk sambil mempotret beberapa pemandangan di taman dengan kameranya. 1 2 foto pun terambil, Rene mengecek hasil fotonya dengan teliti.
           
           “Gelang itu..” ucap Rene terkejut.

Rene terkejut saat melihat hasil potretannya, seorang lelaki tak sengaja tertangkap oleh kameranya namun wajahnya tidak terpotret dengan jelas. Lelaki itu mengenakan gelang yang sangat berarti bagi Rene. Rene juga mempunyai gelang tersebut, itu adalah gelang dari ibu Rene untuknya dan John. Rene masih memakai gelang itu hingga sekarang, ia memakai dipergelangan tangan kirinya. Setelah mengamati dengan lebih teliti, Rene langsung bangkit dari duduknya dan berlari mencari lelaki tersebut.

Mata Rene sibuk mencari keberadaan lelaki yang mengenakan gelang tersebut. Rene berlarian kesana kemari untuk menemukan lelaki itu. Setelah keliling mencari John, Rene pun berhenti berlari. Nafasnya terengah-engah, ia hanya berharap dapat menemui John. Rene melanjutkan pencariannya, hampir seluruh taman telah ia kelilingi tapi Rene tidak menemukan John.

Akhirnya Rene memutuskan kembali ke tempat ia memotret tadi, Rene meninggalkan kopernya di tempat itu. Langkah Rene sangat lemas, wajahnya nampak sangat kecewa. Rene hanya bisa menunduk. Setelah Rene tiba di tempat dimana ia meningglakan kopernya, ia langsung menarik kopernya dan pergi meninggalkan taman.

“Rene!” sahut seseorang sambil menarik tangan Rene.

Rene pun sontak membalikkan badannya, ia memandangi orang yang memanggilnya tersebut.

“Bagaimana kau mengetahui namaku?” tanya Rene penasaran.

“Kau ingat ini?” tanya orang itu sambil menunjukkan gelang di pergelangan tangannya.

“John?” ucap Rene.

“Hmm..” John mengangguk.

Rene langsung memeluk orang itu yang tidak lain tidak bukan adalah John, “John bagaimana kabarmu? Aku sangat merindukanmu..” tanya Rene sambil melepaskan pelukkannya.

“Aku baik-baik saja. Bagaimana denganmu?”

“Seperti yang kau lihat” jawab Rene sambil tersenyum. “Ayo kita duduk ditempat yang biasa kita kunjungi!” ajak Rene.

Sekarang Rene dan John telah duduk bersebelahan, “John, kau masih ingat janji kita?” tanya Rene.
“Janji yang mana?” jawab John.

Rene pun langsung menoleh kearah John dan menatapnya dengan raut muka marah.

“Heheh bercanda Ren, tentulah aku masih ingat janji kita” ucap John sebelum Rene marah besar.

“Dasar kau ini! Oh ya John, bagaimana sekolahmu?” kata Rene.

“Cukup berjalan dengan baik. Kau tahu Ren? Aku telah berulang kali menghubungi nomor yang diberikan orang tuamu kepada Ibuku saat keluargamu pindah, tapi tidak ada jawaban”

“Oh tentang itu, ayahku pernah berkata kepadaku bahwa nomor itu hilang bersama ponselnya saat perjalanan ke Brazil. Tapi sekarang itu bukan lagi masalah karena kita sudah bertemu lagi” ucap Rene sambil melebarkan senyumnya.

“Rene, mau jalan-jalan ke pantai? Sebentar lagi matahari akan tenggelam, jadi sekalian kita melihat keindahan sunset di pantai”

“Baiklah, ayo!” jawab Rene semangat.

Rene dan John pun meninggalkan taman dan berjalan bersama menuju pantai. Saat ditengah perjalanan, mereka saling bercanda satu sama lain, banyak cerita yang terucap dari bibir mereka. Hanyalah kebahagiaan yang Rene dan John rasakan saat mereka berdua bersama.
***
Persahabatan tidak mengenal waktu ataupun jarak. Peganglah teguh janji persahabatan meski sahabat tak akan selamanya berada disamping kita”
-END-

No comments:

Post a Comment