Rene membuka jendela kamarnya, ia memandangi lingkungan
sekitar sambil meminum segelas susu. Udara pagi hari yang sejuk membuat Rene
melebarkan senyumannya. Pemandangan indah nan asri selalu membuatnya bahagia.
Ia menikmati keindahan pemandangan yang dilihatnya.
“Rene! Kemarilah bermain bersamaku. Ayo berkeliling di
taman!” ucap John diluar jendela kamar Rene.
“Baiklah, tunggu sebentar~.”
Rene bergegas untuk keluar rumah. Gadis kecil yang cantik
ini langsung menemui tetangga sekaligus temannya itu. Rene dan John lalu pergi
bersama mengelilingi taman, bermain dalam kegembiraan, dan bersenandung riang
bersama. Rene dan John beristirahat sambil berbaring memandangi langitan.
“John, kau lihat sepasang burung itu?” tanya Rene sambil
menunjuk 2 ekor burung merpati yang ada di langit.
“Iya, kenapa?” balas John.
“Berjanjilah bahwa kita akan selalu menjadi sahabat
seperti mereka, dan saat aku kembali ke Seoul, kita tetap bersahabat seperti
saat ini..” ucap Rene.
Senyuman dari bibir manis John mengembang, “Tentu, kita
akan menjadi sahabat selamanya~”
***
Bunyi alarm
membangunkan Rene dari mimpi indahnya, ia baru menyadari bahwa yang ia alami
barusan hanyalah mimpi. Rene menghembuskan nafas panjang.
“Kenapa hal
itu ada di mimpiku?” batin Rene dalam hatinya.
Mimpi Rene
membuat ia rindu pada kota kelahirnnya. Keindahan kota itu, kenangannya,
udaranya, kesejukkannya sungguh tidak ada duanya. Rene pun menghiraukan
mimpinya, mimpi itu hanya membuatnya teringat akan masa kecilnya dan tentunya mengingatkan
ia kepada sosok John.
Rene
berjalan mendekat ke jendelanya, ia membuka jendela kamarnya agar sinar mentari
dapat memasuki kamarnya. Sungguh keadaan yang sangat berbeda dengan masa
kecilnya yang dipenuhi kebahagiaan, di Kota ini saat mata memandang yang ada
hanyalah bangunan-bangunan tinggi dan kesibukkan kota. Rene hanya bisa
memandangi sekitar dengan kekecewaan.
“Rene~ Kau
sudah bangun?” panggil Robert dari pintu kamar Rene.
“Iya, ayah”
jawab Rene, ia langsung berjalan menuju Robert.
“Ayah hari
ini akan pulang larut, kamu jaga diri ya. Ikuti pelajaran di sekolah dengan
baik” ucap Robert. Rene hanya mengangguk lesu.
“Ayah, kapan
kita kembali ke Seoul?” tanya Rene.
“Kenapa
Rene? Ayah masih sibuk dengan proyek perusahaan”
“Bolehkah
aku kembali ke Seoul sendiri? Aku ingin kesana saat liburan bulan depan” pinta
Rene.
“Jangan
pergi sendiri, tunggu sampai proyek ayah selesai” jawab Robert sambil memegang
bahu Rene.
“Kumohon
Ayah, aku sangat ingin ke Seoul...” Rene pun meneteskan air matanya. Ia sangat
rindu akan Seoul, kota yang menyimpan berjuta kenangan indah baginya.
“Baiklah”
***
Pesawat Rene
mulai meninggalkan Brazil dan terbang menuju Seoul. Rene duduk didekat kaca
sambil berharap bahwa ia dapat menemukan keindahan tanah kelahirannya seperti
12 tahun lalu. Rene mendengarkan lagu dari iPod kesayangannya dan mengikuti
penerbangan dengan hati senang.
Setelah
perajalanan selama 10 jam, Rene pun tiba di Seoul. Ia langsung menuju rumah
masa kecilnya yang tidak jauh dari bandara. Beberapa menit kemudian, taksi yang
Rene tumpangi berhenti di depan sebuah rumah kosong tak terawat. Rene bergegas
turun dari taksi, ia terkejut akan keadaan rumahnya itu. Kenangan akan rumah
itu silih berganti mendatangi pikiran Rene.
Rene membuka
pagar besi yang sudah berkarat dan berjalan menuju teras rumahnya. Ia membawa
kopernya dan meletakkannya di teras. Rene mengamati rumah yang terletak tepat
disamping rumahnya. Rumah tersebut nampak masih terawat, Rene pun berjalan
menuju rumah tersebut.
Rene menekan
bel yang terletak disamping pagar. Beberapa detik kemudian seorang perempuan
keluar dari dalam rumah.
“Ada apa?”
tanya perempuan tersebut.
Rene tidak
mengenal sama sekali perempuan itu, “Apa benar ini rumah John?” tanya Rene.
“Hmm? John?
Sepertinya anda salah rumah” jawab perempuan itu.
“Apa anda
sudah lama tinggal disini?”
“Sekitar 2
tahun lalu”
“Baiklah,
terima kasih..” ucap Rene.
Rene
berjalan meninggalkan rumah yang dulu ditinggali oleh John. Ia mengambil
kopernya dan berjalan menuju taman yang dulu sering ia kunjungi bersama John.
Rene berjalan sambil mengamati lingkungan sekitarnya yang tidak jauh berbeda
dengan keadaan yang dulu. Beberapa menit kemudian, Rene pun tiba di taman, ia
berjalan menuju tempat dimana dulu ia dan John selalu duduk bersama.
“Tempat ini
masih sama seperti dulu..” ucap Rene pelan.
Rene pun
duduk sambil mempotret beberapa pemandangan di taman dengan kameranya. 1 2 foto
pun terambil, Rene mengecek hasil fotonya dengan teliti.
“Gelang itu..”
ucap Rene terkejut.
Rene terkejut saat melihat hasil
potretannya, seorang lelaki tak sengaja tertangkap oleh kameranya namun
wajahnya tidak terpotret dengan jelas. Lelaki itu mengenakan gelang yang sangat
berarti bagi Rene. Rene juga mempunyai gelang tersebut, itu adalah gelang dari
ibu Rene untuknya dan John. Rene masih memakai gelang itu hingga sekarang, ia
memakai dipergelangan tangan kirinya. Setelah mengamati dengan lebih teliti, Rene
langsung bangkit dari duduknya dan berlari mencari lelaki tersebut.
Mata Rene sibuk mencari keberadaan
lelaki yang mengenakan gelang tersebut. Rene berlarian kesana kemari untuk
menemukan lelaki itu. Setelah keliling mencari John, Rene pun berhenti berlari.
Nafasnya terengah-engah, ia hanya berharap dapat menemui John. Rene melanjutkan
pencariannya, hampir seluruh taman telah ia kelilingi tapi Rene tidak menemukan
John.
Akhirnya Rene memutuskan kembali ke
tempat ia memotret tadi, Rene meninggalkan kopernya di tempat itu. Langkah Rene
sangat lemas, wajahnya nampak sangat kecewa. Rene hanya bisa menunduk. Setelah
Rene tiba di tempat dimana ia meningglakan kopernya, ia langsung menarik
kopernya dan pergi meninggalkan taman.
“Rene!” sahut seseorang sambil
menarik tangan Rene.
Rene pun sontak membalikkan badannya,
ia memandangi orang yang memanggilnya tersebut.
“Bagaimana kau mengetahui namaku?”
tanya Rene penasaran.
“Kau ingat ini?” tanya orang itu
sambil menunjukkan gelang di pergelangan tangannya.
“John?” ucap Rene.
“Hmm..” John mengangguk.
Rene langsung memeluk orang itu yang
tidak lain tidak bukan adalah John, “John bagaimana kabarmu? Aku sangat
merindukanmu..” tanya Rene sambil melepaskan pelukkannya.
“Aku baik-baik saja. Bagaimana
denganmu?”
“Seperti yang kau lihat” jawab Rene
sambil tersenyum. “Ayo kita duduk ditempat yang biasa kita kunjungi!” ajak
Rene.
Sekarang Rene dan John telah duduk
bersebelahan, “John, kau masih ingat janji kita?” tanya Rene.
“Janji yang mana?” jawab John.
Rene pun langsung menoleh kearah John
dan menatapnya dengan raut muka marah.
“Heheh bercanda Ren, tentulah aku
masih ingat janji kita” ucap John sebelum Rene marah besar.
“Dasar kau ini! Oh ya John, bagaimana
sekolahmu?” kata Rene.
“Cukup berjalan dengan baik. Kau tahu
Ren? Aku telah berulang kali menghubungi nomor yang diberikan orang tuamu
kepada Ibuku saat keluargamu pindah, tapi tidak ada jawaban”
“Oh tentang itu, ayahku pernah
berkata kepadaku bahwa nomor itu hilang bersama ponselnya saat perjalanan ke
Brazil. Tapi sekarang itu bukan lagi masalah karena kita sudah bertemu lagi”
ucap Rene sambil melebarkan senyumnya.
“Rene, mau jalan-jalan ke pantai?
Sebentar lagi matahari akan tenggelam, jadi sekalian kita melihat keindahan sunset di pantai”
“Baiklah, ayo!” jawab Rene semangat.
Rene dan John pun meninggalkan taman
dan berjalan bersama menuju pantai. Saat ditengah perjalanan, mereka saling
bercanda satu sama lain, banyak cerita yang terucap dari bibir mereka. Hanyalah
kebahagiaan yang Rene dan John rasakan saat mereka berdua bersama.
***
“Persahabatan
tidak mengenal waktu ataupun jarak. Peganglah teguh janji persahabatan meski sahabat
tak akan selamanya berada disamping kita”
-END-
No comments:
Post a Comment